Antara kebahagiaan dan kedukaan
Saat aku menyendiri,
Saat aku mnyepi,
Saat aku merenungi,
Saat aku merenung nasib,
Saat aku terkenangkan kebahagiaan,
Saat aku terkenangkan wajah serinya,
Saat aku terkenangkan kasih,
Saat aku terkenangkan sayangmu.
Tika aku jatuh engkaulah insan pertama,
Tika aku tersenyum engkaulah puncanya,
Tika aku tangis engkaulah yang memujukku,
Tika aku jatuh engkaulah yang menyauk tanganku,
Tapi satu perkara yang aku fikir,
Tapi aku kurang pasti,
Tapi aku yakun itulah kifarat,
Itulah kelalaian...
Kesimpulan puisi: kebahagiaan akan tercipta tika bersama insan yang kita puja-puja, tapi harus diingat bahawa duka akan tetap muncul tanpa memberi salam dan tanda-tanda, terus datang dan menyeksa kita yang lalai.
Padang Mahsyar
Di Padang Mahsyar kamu derita,
Di Padang Mahsyar kamu sengsara,
Di Padang Mahsyar kamu dahaga,
Di Padang mahsyar kamu kepanasan (di saat matahari sejengkal di atas kepalamu),
Di Padang Mahsyar kamu menunggu,
Di Padang mahsyar kamu berlari anak,
Di Padang Mahsyar kamu tiada seurat benang pun di badanmu,
Di Padang Mahsyar kamu tiada hal lain melainkan halmu sahaja.
Di Padang Mahsyar kamu kerisauan,
Di Padang Mahsyar kamu gentar,
Di Padang Mahsyar kamu gugup untuk berkata,
Di Padang Mahsyar kamu tiada kata,
Di Padang Mahsyar pangkat dan darjatmu dihilangkan (tidak seperti di dunia, melainkan darjat di sisi Allah-Taqwa)
Di Padang Mahsyar kamu kehilangan egomu,
Di Padang Mahsyar kamu kehilangan sombongmu.
Kecuali orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah ketika mereka di dunia pada dahulunya. Hebatnya orang-orang yang beriman, tidak merasai kesengsaraan dan kepanasan Padang Mahsyar. Bergembiralah kamu jika kamu memiliki iman yang kukuh dan bersiap sedia untuk bertemu dengan Allah dengan hati yang lapang dan sejahtera =)